Selasa, 17 Januari 2017

Refleksi Tauhid dalam Pola Hidup Muslim



BAB I
PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang
            Pada zaman sekarang, ummat islam di dunia ini adalah ummat yang keadaannya paling tidak menggembirakan. Terlepas kenyataan bahwa dialah ummat yang berjumlah terbanyak, paling subur tanah dan paling besar sumber dayanya, umat satu-satunya yang memiliki jalan hidup yang paling paten. Namun kenyataannya, dialah pilar yang paling goyah, diantara jejeran pilar-pilar masyarakat dunia lainnya. Dia terpecah-pecah dalam berbagai bentuk Negara yang tak saling cocok, berhadapan dengan umat-umat lain dalam semua front, dan tak mampu memproduksi sendiri apa yang dia butuhkan dan perlukan, serta tak bisa mempertahankan diri dari serangan musuh.
            Maka dari itu, kami disini akan membahas sedikit refleksi tauhid agar segala macam aktifitas didasari oleh tauhid hingga menghasilkan penerapan yang bernilai untuk kaum muslim khususnya juga sekitar. Sehingga Islam tidak dipandang sebelah mata bahkan dapat mengambil langkah yang tepat sehingga menjadi Agama yang berkembang dalam ekonomi, politik maupun sosial terutama Agama.

            B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah penerapan Tauhid dalam keluarga ?
2.      Bagaimanakah peran Tauhid dalam lingkungan sekitar atau sosial ?
3.      Apakah Tauhid juga bisa diterapkan dalam politik ?
4.      Seperti apa Tauhid dalam perekonomian ?
        

BAB II
PEMBAHASAN
Refleksi Tauhid Dalam Pola Hidup Muslim
            Islam lahir membawa akidah ketauhidan, melepas manusia kepada ikatan-ikatan , berhala-berhala serta benda-benda lain yang posisinya hanyalah sebagai makhluk Allah SWT. ketauhidan yang membawa manusia kepada kebebasan sejati terhadap apapun yang ada, menuju kepada ketundukan kepada Allah SWT. penanaman tauhid ini dilakukan selama 13 tahun oleh Rasulullah Saw, waktu yang cukup panjang namun hanya 40 oang saja yang mampu melepaskan budaya nenk moyangnya, berani mengingkari leluhur mereka, dan menuuju jalan yang terang. Semua utusan Allah membawa pesan yang sama yakni Tauhid bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
قُلْ اَغَيْرَ اللهِ اَبْغِيْ رَبًّا وَّ هُوَ رَبُّ كُلٍّ شَيْءٍ                 
katakanlah (Muhammad), “apakah (patut) aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu” (Q.S. Al-An’am : 164)
Maka dengan itu akan dibagi kembali refleksi tauhid dalam beberapa aspek, berikut pembahasannya :
1.      Refleksi Tauhid Dalam Ruang Lingkup Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi pembentukan bagi ketauhidan anak. Sebagaimana dwifungsi keluarga yaitu fungsi internal (sebagai pusat pendidikan pertama dan utama . dan fungsi eksternal (sebagai unit terkecil masyarakat), orang tua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dalam keluarga, sehingga setiap orang wajib memiliki tauhid yang baik agar dapat membekali anak-anaknya dengan ketauhidan dan materi-materi yang mendukungnya, disamping anak dapat melihat orang tuanya sebagai tauladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman, dan pengarahan.
Jika latihan-latihan dan bimbingan agama terhadap anak dilalaikan orang tua, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada kurang peduli dan kurang membutuhkan agama karena ia tidak dapat merasakan apa fungsi agama dalam kehidupan. Namun sebaliknya, jika pendidikan tentang tuhan diperkenalkan sejak kecil maka setelah dewasa akan semakin dirasakan kebutuhannya terhadap agama.
وَاعْبُدُوْا االلهَ وَ لَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَّ بِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّ بِذِى الْقُرْبَى وَالْيَتَمَى وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْجَارِذِى الْقُرْبَى وَالْجَارِالْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَامَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ اِنَّ اللهَ لَايُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًا(٣٦)
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat,ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
 (Q.S. An-Nisa:36)
      Anak merupakan salah satu bagian dari keluarga, sehingga secara kodrati tanggung jawab pendidikan tauhid berada ditangan orang tua. Kecenderungan anak kepada orang tua sangat tinggi, apa yang ia lihat, dengar dari orang tuanya akan menjadi informasi belajar baginya.

2.      Refleksi Tauhid Dalam Masyarakat (sosial)
Hubungan tauhid dalam masyarakat adalah bagaimana hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan manusia denagn sesama manusia agar tidak terjadi ketimpangan, artinya manusia harus mampu menempatkan dirinya  sebagai hamba Allah juga mampu mamahami gejala-gejala sosial yang terjadi dimasyarakat, serta bagaimana menciptakan kondisi sosial tersebut menjadi masyarakat adil makmur yang diridhoi  oleh Allah SWT.
Sesungguhnya pondasi utama tegaknya masyarakat islam adalah ketauhidan yakni aqidah islamiah . tugas pertama masyarakat islam adalah memelihara, menjaga dan mengukuhkan aqidah, serta memancarkan cahayanya ke seluruh penjuru dunia.
Aqidah islam terefleksikan dalam iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir juga qodo dan qodar.
Masyarakat muslim berdiri tegak diatas Tauhid “tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Maknanya adalah bahwa masyarakat islam benar-benar memuliakan, menghormati dan menyakralkan akidah itu, bekerja untuk mengukuhkannya dalam hati dan akal fikiran, mendidik generasi muda dengannya.
Menegakkan masyarakat muslim diatas akidah islam bukan berarti memaksa orang-orang non muslim agar melepas keyakinan mereka. Bukan demikian, hal seperti itu tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak muslim dahulu maupun sekarang karena Al-Qur’an sendiri telah menegaskan persoalan ini semenjak dahulu, ketika mendeklarasikannya .
لَا اِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ قَدْتَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat…” (al-baqarah:256)
Sejarah telah membuktikannya, bahwa masyarakat islam –pada masa-masa keemasannya- adalah masyarakat yang paling toleran terhadap para penentangnya dalam aqidah, dengan diperkuat pesaksiannya sendiri. Ia adalah masyarakat beragama dengan fondasi aqidah at-tauhid, aqidah islam, yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari pada nya.
3.      Refleksi Tauhid Dalam Politik
Tauhid merupakan basis, titik fokus awal dan akhir dari seluruh pandangan, tradisi, budaya dan peradaban masyarakat muslim serta sebagai basis utama bagi pembentukan tatanan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaaan masyarakat manusia.
Pada dasarnya pada setiap diri manusia memiliki ambisi meraih kekuasaan. Berbagai upaya dilakukan yang sering kali menimbulkan korban, terutama rakyat yang sering diatas namakan politisi ambisius dan haus kekuasaan. Jika pernyataan ini digeneralisasikan, maka semua Negara akan hancur oleh adanya kehidupan politik. Padahal dengan politik, Negara dapat berkembang dan masyarakat semakin menyadari hak-haknya sebagai warga Negara.
Berkaitan dengan system politik, Munawir Syadzali dalam bukunya Islam dan Tata Negara, pada substansinya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan system politik adalah suatu konsepsi yang berisi ketentuan-ketentuan siapa sumber kekuasaan, siapa pelaksana kekuasaan, apa dasar dan bagaimana kewenangan kekuasaan dan bagaimana mekanisme pertangguang jawabannya.
Kedaulatan mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat untuk melaksanakan dan memaksakan perintah-perintahnya kepada rakyat yang bersangkutan. Islam memandang bahwa kedaulatan tertinggi ada ditangan Allah, penguasa yang hakiki bagi seluruh alam, aturannya merupakan aturan tertinggi dan abadi. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. :
وَللهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضِ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (١٨٩)
“dan milik Allah lah kerajaan langit dan bumi ;Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
(Q.S. Ali Imron : 189)
Kekuasaan yang diberikan kepada pemimpin adalah menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan syariat atau kehendak kedaulatan tertinggi yaitu Allah.
4.      Refleksi Tauhid Dalam Ekonomi
Tauhidlah sebagai prinsip pertama tata ekonomi yang menciptakan “Negara sejahtera” pertama, dan islam lah yang melembagakan sosialis pertama dan melakukan lebih banyak keadilan sosial. Islam juga yang pertama merehabilitasi (martabat) manusia. Pengertian (konsep) yang ideal ini tidak ditemukan dalam masyarakat barat masa kini.
Landasan filosofis inilah yang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi kapitalisme dan sosialisme , karena keduanya didasarkan pada filsafat sekulerisme dan materialisme. Dalam konteks ekonomi, tauhid berimplikasi adanya kemestian setiap kegiatan ekonomi untuk bertolak dan bersumber dari ajaran Allah, dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan Allah dan akhirnya ditujukan untuk ketaqwaan kepada Allah.
Konsep tauhid yang menjadi dasar filosofis ini, mengajarkan 2 ajaran utama dalam ekonomi.
Pertama, semua sumber daya yang ada di alam ini merupakan ciptaan dan milik Allah secara Absolut (mutlak dan hakiki). Manusia hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola sumberdaya itu dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan manusia secara adil.
Bunga (interest) yang memastikan usaha harus berhasil (untung) bertentangan dengan tauhid. Firman Allah:
ظَهَرَ الْفَسَدُ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْ النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِىْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (٤١)
“telah tampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar) (Q.S. Ar-Rum : 41)
Padahal setiap usaha mengandung 3 kemungkinan yaitu untung, impas atau rugi. Tingkat kentungan pun berbeda-beda. Jadi, konsep bunga benar-benar tidak sesuai dengan syari’ah karena bertentangan dengan prinsip tauhid.
Kedua, Allah menyediakan sumber daya alam sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan makhluk-Nya. Manusia yang berperan sebagai khalifah, dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan hidupnya. Dalam perspektif teologi islam, sumberdaya-sumberdaya itu, merupakan nikmat Allah yang tak terhitung (tak terbatas) banyaknya, sebagaiman firman Allah :
وَاَتَاكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ (٣٤)
“Dan Dia telah memberikan kepada mu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat dzolim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
(Q.S. Ibrahim : 34)
Berbeda dengan pandangan diatas, para ahli ekonomi konvensional selalu mengemukakan jargon bahwa sumber daya alam terbbatas (limited). Sedangkan dalam ekonomi islam, sumberdaya alam banyak dan melimpah. Karena itu menurut ekonomi islam, krisis yang dialami suatu Negara bukan karena terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak meratanya distribusi, sehingga terwujud ketidak adilan sumber daya.
Selanjutnya konsep tauhid ini mengajarkan bahwa segala sesuatu bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, menggunakan sarana dan sumberdaya sesuai syariat Allah guna mencapai ridha Allah.



BAB III
PENUTUP
            Selesai sudah pembuatan makalah sederhana yang kami buat dalam mata kuliah Ilmu Tauhid ini dengan judul “Refleksi Tauhid Dalam Pola Hidup Muslim” , yang kami rasa masih banyak sekali kekurangan yang datangnya dari kami sendiri. Semoga dimaklum adanya. Kami harap dengan pembahasan yang ada dimakalah ini dapat bermanfaat dengan baik untuk kita semua agar niat ibadah yang dilakukan juga sebagai tujuan pendidikan kedepan. Sekian dari kami . mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dari segala sisi.



Daftar Pustaka

Qardhawi, Yusuf. (2003). Masyarakat Berbasis Syariat Islam, Solo: Era Intermedia.
Raji, Ismail. (1982). Tauhid, Bandung : Pustaka.
Anwar.(2011). Konsep Pendidikan Tauhid Dalam Keluarga. [online] http://anwarbook.blogspot.co.id/2011/12/konsep-pendidikan-tauhid-dalam-keluarga.html?m=1
Sharia.(2012). Tauhid Sebagai Prinsip Tata Ekonomi Islam. [online] https://shariaeconomics.wordpress.com/tag/tauhid-sebagai-prinsip-tata-ekonomi-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar